Tahun ketiga
hijrah Rasulullah SAW menjadi pelajaran yang sangat penting bagi kaum Muslimin.
Saat itu terjadi perang Uhud yang hasilnya umat Islam dikalahkan.
Saat itu
pasukan kaum musyrik sekitar 3.000 orang dan pasukan Muslimin 700 orang. Tapi
bukan selisih jumlah pasukan ini yang menjadi faktor utama kekalahan.
Saat itu, Rasulullah SAW mengutus 50 orang pasukan pemanah untuk tetap di bukit dan terus memanah kaum musyrik supaya tidak sampai mengepung kaum Muslim. Apapun yang terjadi, mereka tidak boleh meninggalkan tempat yang ditunjuk Rasulullah SAW.
Saat itu, Rasulullah SAW mengutus 50 orang pasukan pemanah untuk tetap di bukit dan terus memanah kaum musyrik supaya tidak sampai mengepung kaum Muslim. Apapun yang terjadi, mereka tidak boleh meninggalkan tempat yang ditunjuk Rasulullah SAW.
Aquran Surat
Ali Imran ayat 152-153 mengisahkan perang ini dengan sangat berkesan. Saat
mulai terdesak, musuh-musuh Islam ini minggir dengan meninggalkan hartanya
begitu saja.
Rupanya,
para pasukan pemanah tergoda dan akhirnya turun dari bukit untuk mengambil
harta rampasan perang. Saat itulah musuh Islam berbalik menguasai bukit dan
menyerang kaum Muslim.
Kondisi menjadi berbalik, kaum Muslim terdesak. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat disebutkan sampai giginya patah dan terluka bibirnya.
Kondisi menjadi berbalik, kaum Muslim terdesak. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat disebutkan sampai giginya patah dan terluka bibirnya.
Hamzah bin
Abdul Muthalib yang tidak lain adalah paman Rasulullah SAW ikut gugur.
Kekalahan ini menjadi pelajaran penting bagi umat Islam untuk kemudian
menggapai banyak kemajuan di masa-masa berikutnya.
Kini, makam para syuhada Perang Uhud menyisakan bekas berupa makam di hamparan tanah seluas lapangan sepak bola. Hamparan ini berada tepat di bawah bukit yang saat ini disebut Jabal Rummah (bukit pemanah).
Di hamparan itu terdapat dua jajaran batu yang membentuk empat persegi panjang. Satu bagian di bagian tengah, dan satunya lagi di pinggir bagian utara kompleks pemakaman para syuhada.
Kini, makam para syuhada Perang Uhud menyisakan bekas berupa makam di hamparan tanah seluas lapangan sepak bola. Hamparan ini berada tepat di bawah bukit yang saat ini disebut Jabal Rummah (bukit pemanah).
Di hamparan itu terdapat dua jajaran batu yang membentuk empat persegi panjang. Satu bagian di bagian tengah, dan satunya lagi di pinggir bagian utara kompleks pemakaman para syuhada.
Di
sekeliling makam terpasang pagar tinggi dan dilapisi plastik buram. Beberapa
bagian plastik terlihat pecah dan berlubang. Dari sinilah para pengunjung bisa
melihat bagian dalam komples pemakaman.
Seorang
penjaga makam syuhada Uhud, Mustofa, mengungkapkan di hamparan itu terdapat 70
syuhada Perang Uhud yang dimakamkan. “Ada di antaranya makam Hamzah bin Abdul
Muthalib,” tutur Mustafa.
Cuma, Mustafa mengaku tidak tahu persis di sebelah mana Hamzah dimakamkan. Dia hanya menyebut sederet nama syuhada tanpa merinci lokasinya secara persis satu per satu. Setelah itu dia memimpin doa ziarah kepada para pengunjung Kamis (28/2) lalu.
Selain dari pagar yang berlubang, sebenarnya bagian dalam kompleks pemakaman para syuhada ini bisa disaksikan secara keseluruhan dari Jabal Rummah.
Pengunjung bisa dengan mudah mendaki bukit kecil yang ketinggiannya sekitar 10 meter dari hamparan tanah di sekitarnya. Bukit ini berupa bukit batu yang sebagian sisinya berundak sehingga memudahkan pengunjung untuk mendakinya sampai puncak.
Dari bukit pemanah juga terlihat barisan bukit Uhud yang membentang dari timur ke barat. Lebar bentangan bukit Uhud ini secara keseluruhan sekitar tujuh kilometer. Bukit Uhud ini memiliki tiga puncak paling tinggi. Secara keseluruhan wilayah Uhud berada di sebelah utara Masjid Nabawi, di kota Madinah, dan tidak terlalu jauh.
Jika dijangkau dengan taksi, dari Masjid Nabawi hanya perlu waktu sekitar 10 menit untuk sampai bukit Uhud. Tarif taksinya rata-rata 10 riyal (Rp 27 ribu). Taksi di Madinah tidak seperti taksi di Jakarta.
Di kota ini, setiap kendaraan yang melintas bisa menjadi taksi, asalkan berhenti saat ada penumpang yang menyetop. Memang ada taksi yang jelas bertuliskan taksi dan tanda lampu di atapnya, tapi kebanyakan juga tidak berargo.
Sementara ini, kompleks Uhud hanya rampai dipadati pengunjung hingga pukul 12.00 waktu setempat (atau sekitar waktu shalat Dzuhur). Setelah itu, kompleks Uhud kembali sepi.
Ini terjadi karena di lokasi tersebut belum tersedia masjid yang representatif, sehingga saat azan berkumandang para pengunjung langsung bergegas meninggalkannya untuk bisa shalat di Masjid Nabawi.
Sejak selepas musim Haji tahun lalu, 2012, di area Uhud mulai dibangun masjid besar. Letaknya berseberangan dengan Jabal Rummah, dekat dengan jalan masuk ke pemakaman syuhada.
Masjid ini diharapkan bisa menjadi tempat para pengunjung bisa bertahan di Uhud sampai sore. Saat azan berkumandang mereka bisa tetap shalat tanpa harus meninggalkan kompleks Uhud.
Cuma, Mustafa mengaku tidak tahu persis di sebelah mana Hamzah dimakamkan. Dia hanya menyebut sederet nama syuhada tanpa merinci lokasinya secara persis satu per satu. Setelah itu dia memimpin doa ziarah kepada para pengunjung Kamis (28/2) lalu.
Selain dari pagar yang berlubang, sebenarnya bagian dalam kompleks pemakaman para syuhada ini bisa disaksikan secara keseluruhan dari Jabal Rummah.
Pengunjung bisa dengan mudah mendaki bukit kecil yang ketinggiannya sekitar 10 meter dari hamparan tanah di sekitarnya. Bukit ini berupa bukit batu yang sebagian sisinya berundak sehingga memudahkan pengunjung untuk mendakinya sampai puncak.
Dari bukit pemanah juga terlihat barisan bukit Uhud yang membentang dari timur ke barat. Lebar bentangan bukit Uhud ini secara keseluruhan sekitar tujuh kilometer. Bukit Uhud ini memiliki tiga puncak paling tinggi. Secara keseluruhan wilayah Uhud berada di sebelah utara Masjid Nabawi, di kota Madinah, dan tidak terlalu jauh.
Jika dijangkau dengan taksi, dari Masjid Nabawi hanya perlu waktu sekitar 10 menit untuk sampai bukit Uhud. Tarif taksinya rata-rata 10 riyal (Rp 27 ribu). Taksi di Madinah tidak seperti taksi di Jakarta.
Di kota ini, setiap kendaraan yang melintas bisa menjadi taksi, asalkan berhenti saat ada penumpang yang menyetop. Memang ada taksi yang jelas bertuliskan taksi dan tanda lampu di atapnya, tapi kebanyakan juga tidak berargo.
Sementara ini, kompleks Uhud hanya rampai dipadati pengunjung hingga pukul 12.00 waktu setempat (atau sekitar waktu shalat Dzuhur). Setelah itu, kompleks Uhud kembali sepi.
Ini terjadi karena di lokasi tersebut belum tersedia masjid yang representatif, sehingga saat azan berkumandang para pengunjung langsung bergegas meninggalkannya untuk bisa shalat di Masjid Nabawi.
Sejak selepas musim Haji tahun lalu, 2012, di area Uhud mulai dibangun masjid besar. Letaknya berseberangan dengan Jabal Rummah, dekat dengan jalan masuk ke pemakaman syuhada.
Masjid ini diharapkan bisa menjadi tempat para pengunjung bisa bertahan di Uhud sampai sore. Saat azan berkumandang mereka bisa tetap shalat tanpa harus meninggalkan kompleks Uhud.