Sabtu, 25 Agustus 2012

Halal bihalal RT 43 RW 4 Jatikerto Kromengan Malang

Halal bihalal, dua kata berangkai yang sering diucapkan dalam suasana Idul Fitri, adalah satu dari istilah-istilah "keagamaan" yang hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Istilah tersebut seringkali menimbulkan tanda tanya tentang maknanya, bahkan kebenarannya dari segi bahasa , walaupun semua pihak menyadari bahwa tujuannya adalah mencipakan keharmonisan antara sesama manusia demikian yang diungkapkan oleh ustad Anwar dlm acara halal bihalal Rt 43 Tw 4 Jatikerto Kromengan Malang pada tanggal 25 Agustus 2012 Hemat saya, paling tidak ada dua makna yang dapat dikemukakan menyangkut pengertian istilah tersebut, yang ditinjau dari dua pandangan. Yaitu, pertama, bertitik tolak dari pandangan hukum Islam dan kedua berpijak pada arti kebahasan. Menurut pandangan pertama - dari segi hukum - kata halal biasanya dihadapkan dengan kata haram. Haram adalah sesuatu yang terlarang sehingga pelanggarannya berakibat dosa dan mengundang siksa, demikian kata para pakar hukum. Sementara halal adalah sesuatu yang diperbolehkan serta tidak mengundang dosa. Jika demikian, halal bihalal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa. menjadi halal dengan jalan memohon maaf. Pengertian seperti yang dikemukakan di atas pada hakikatnya belum menunjang tujuan keharmonisan hubungan, karena dalam bagian halal terdapat sesuatu yang dinamai makruh atau yang tidak disenangi dan sebaiknya tidak dikerjakan. Pemutusan hubungan (suami-istri, mislanya) merupakan sesuatu yang halal tapi paling dibenci Tuhan. atas dasar itu, ada baiknya makna halal bihalal tidak dikaitkan dengan pengertian hukum. Menurut pandangan kedua - dari segi bahasa - akar kata halal yang kemudian membentuk berbagai bentukan kata, mempunyai arti yang beraneka ragam, sesuai dengan bentuk dan rangkaian kata berikutnya. Makna-makna yang diciptakan oleh bentukan-bentukan tersebut, antara lain, berarti "menyelesaikan problem", "meluruskan benang kusut", "melepaskan ikatan", dan "mencairkan yang beku".
Jika demikian, ber-hala bihalal merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan pada pelakunya untuk meluruskan benag kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya beku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. Boleh jadi hubungan yang dingin, keruh dan kusut tidak ditimbulkan oleh sifat yang haram. Ia menjadi begitu karena Anda lama tidak berkunjung kepada seseorang, atau ada sikap tidal adil yang Anda ambil namun menyakitkan orang lain, atau timbul keretakan hubungan dari kesalhpahaman akibat ucapan dan lirikan mata yang tidak disengaja. Kesemuanya ini, tidak haram menurut pandangan hukum, namun perlu diselesaikan secara baik; yang beku dihangatkan, yang kusut diluruskan, dan yang mengikat dilepaskan. Itulah makna serta substansi halal bihalal, atau jika istilah tersebut enggan anda gunakan, katakanlah bahwa itu merupakan hakikat Idul Fitri, sehingga semakin banyak dan seringnya Anda mengulurkan tangan dan melapangkan dada, dan semakin parah luka hati yang Anda obati dengan memaafkan , maka semakin dalam pula penghayatan dan pengamalan Anda terhadap hakikat halal bihalal . Bentuknya memang khas Indonesia, namun hakikatnya adalah hakikat ajaran Islam.
selengkapnya

Tradisi Kupatan di Indonesia

Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), Grabag (kabupaten Magelang), kupat glabet (Kota Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan Katupa), lotek, serta gado-gado yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai satai, meskipun lontong lebih umum. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di Filipina juga dijumpai bugnoy yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.[1] Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut 6. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. • Penggunaan lain Di antara beberapa kalangan di Pulau Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa, sepasar) sesudahnya. Bahkan ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat. Di pulau Bali, ketupat (di sana disebut kipat) sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara. Selain untuk sesaji, di Bali ketupat dijual keliling untuk makanan tambahan yang setaraf dengan bakso, terutama penjual makanan ini banyak dijumpai di Pantai Kuta dengan didorong keliling di sana. Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.
selengkapnya

Rabu, 22 Agustus 2012

MAKNA LEBARAN KETUPAT

1. Lebaran Lebaran merupakan istilah yang sering dipakai masyarakat dalam menyambut hari Raya Idul Fitri. Lebaran sendiri berasal dari akar kata bahasa Jawa “Lebar” yang berarti selesai, sudah berlalu. Maksud kata “lebar” disini adalah sudah berlalunya bulan Ramadhan, selesainya pelaksanaan ibadah puasa wajib pada bulan Ramadhan hingga tibalah waktunya masuk bulan Syawal. Pada awal bulan Syawal inilah dilaksanakan Hari Raya Idul Fitri, orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah “Riyaya” atau “Badha”. Riyaya merupakan istilah untuk lebih mempersingkat kata hari raya sedangkan istilah badha berasal dari Bahasa Arab dari akar kata ba’da yang berarti setelah, selesai. Kata badha maupun lebaran mempunyai persamaan arti, yaitu selesainya pelaksanaan ibadah puasa, maka tibalah waktunya berhari raya Idul Fitri. Istilah lebaran sudah menjadi istilah nasional, yang diartikan oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Raya Idul Fitri. 2. Ketupat Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa (janur). Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Makanan ini sudah menjadi makanan khas masyarakat Indonesia dalam menyambut hari Raya Idul Fitri. Ada dua bentuk ketupat yaitu kepal (lebih umum) dan jajaran genjang. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Singapura dan Brunei. [1] Biasanya ketupat disuguhkan dengan opor ayam, rendang dan masakan-masakan khas masing-masing daerah yang mengandung santan. Ketupat sendiri telah berkembang akibat kreatifitas kuliner di beberapa daerah. Beberapa jenis ketupat yang ada saat ini diantaranya adalah : Ketupek Katan Kapau Katupek katan yang khas Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu. Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang. Santannya menjadi sampai kental sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe hijau atau rendang. Ketupat Glabed Ada lagi sajian rakyat lain di Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat dari desa Glabed. Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental. Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan kuah yang kental ini. Glabed-glabed! Ketupatnya dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed. Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas. Topping-nya adalah kerupuk mi yang terbuat dari tepung singkong dan taburan bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat Glabed selalu didampingi dengan sate ayam atau sate kerang. Ketupat Blegong (Tegal) Kupat Blengong (Kupat Glabed dengan daging Blengong, Blengong=Keturunan hasil perkawinan Bebek dan Angsa) Ketupat Bongko (Tegal) Kupat Bongko adalah Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan. Ketupat Betawi (Bebanci) Masakan paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah. Sayangnya saat ini sudah sangat sulit menemukan penjual ketupat ini. Ketupat Cabuk Rambak (Solo) Cabuk rambak adalah ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen (dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng). Ada yang menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih. Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi yang disebut karak.[2] Ketupat Tahu/ Tahu Campur (Ketoprak) Ketupat tahu atau tahu campur atau istilah lain yang digunakan para penjual adalah ketoprak, merupakan makanan khas dari ketupat yang diiris-iris lalu diberi sayuran, irisan tahu goreng, telor rebus serta disiram dengan sambal kacang. Makanan ini dapat dijumpai di daerah jawa tengah secara umum. ASAL MULA TRADISI LEBARAN KETUPAT Lebaran ketupat murni berasal dari tanah Jawa, sejak pemerintahan Paku Boewono IV. Sebuah kearifan lokal yang hanya dilakukan di Indonesia. Sama halnya dengan tradisi halal bihalal. Tradisi lebaran ketupat yang disertai dengan acara halal bihalal tidak ditemukan di negara lain selain di Indonesia.[3] Lebaran ketupat ini di masayarakat Jawa dikenal dengan istilah Syawalan, dimana waktunya bertepatan dengan bulan Syawal. Lebaran ketupat juga dinamai dengan istilah Badha Kupat. Lebaran ketupat dilaksanakan tepat pada hari ketujuh pada bulan Syawal. Masyarakat Jawa dikenal dengan tingkat religiusitas yang tinggi. Pada masyarakat selain Jawa, setelah sholat Ied mungkin mereka melakukan aktivitas kegiatan seperti hari-hari biasanya. Pada masyarakat Jawa, setelah sholat Ied, mereka biasanya melakukan kegiatan silaturahim ke sanak famili, saudara, tetangga dekat dan sekitar lingkungan mereka. Sehari setelah Hari Raya Idul Fitri atau lebaran, umumnya mereka melaksanakan puasa sunnah bulan Syawal. Puasa sunnah Syawal dilaksanakan sampai enam hari, setelah itu mereka mengadakan acara halal bihalal (ma’af mema’afkan) dan bersilaturahim dengan kerabat dekat maupun jauh. Acara silaturahim ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Jawa dimana yang muda mengunjungi yang lebih tua. Hal ini mencerminkan pandangan hidup orang Jawa, bahwa orang hidup harus tepa selira, unggah-ungguh (tahu tata krama dan sopan santun). Biasanya yang muda membawa makanan khas ketupat dengan lauk opor ayam yang akan diberikan kepada kerabat yang lebih tua. Makanan ini nantinya akan disantap bersama-sama dengan kerabat. Makanan ketupat inilah yang menjadi ciri khas pada lebaran ketupat, sehingga hampir dipastikan di tiap keluarga masyarakat Jawa akan menghidangkan suguhan ketupat dengan lauknya opor ayam dan sambal goreng setiap lebaran ketupat tiba. Tradisi lebaran ketupat menyebar ke luar tanah Jawa dibawa oleh orang-orang Jawa yang merantau ke luar pulau, bahkan ke luar negeri. Tradisi lebaran ketupat hingga akhirnya dikenal oleh masyarakat diluar Jawa dan menjadi tradisi yang menasional, hampir di tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis dengan tradisi lebaran ketupat tak terkecuali di luar negeri yang ada orang Jawanya. MAKNA FILOSOFIS LEBARAN KETUPAT Masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Sehingga dengan ketupat sesama muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut.[4] Makanan ketupat menjadi simbol dalam masyarakat Jawa, sehingga orang yang bertamu akan disuguhi ketupat pada hari lebaran dan diharuskan memakannya sebagai pertanda sudah rela dan saling mema’afkan. Di daerah pedesaan, ketupat masih dibuat sendiri oleh tangan-tangan terampil para ibu dan gadis, namun di daerah perkotaan yang sudah sulit untuk memperoleh janur atau daun kelapa yang masih muda, ketrampilan ini sudah hilang dan masyarakat lebih suka membeli selongsong ketupat di pasar atau bahkan membeli dalam bentuk ketupat yang sudah masak. Lalu ketupat tersebut diantarkan kepada sanak saudara sebagai lambang permohonan maaf dan silaturrahmi. Pada saat hari lebaran ketupat, ketupat yang dijadikan makanan khas pada masyarakat Jawa sebagai simbol bahwa semua orang Jawa mengaku salah (ngaku lepat). Dalam setahun, orang saling berebut ”benar”. Anehnya, dalam suasana Idul Fitri, semua orang saling berebut untuk menyatakan lepat (salah). Sebuah kondisi yang fitrah, yang muda menyampaikan lepat. Namun, yang tua tidak langsung mengiyakan, tetapi dengan diikuti kalimat, ”wong tuwa uga akeh lupute” (orang tua juga banyak salahnya). Hal ini tidak hanya terjadi dalam tatanan keluarga saja, tetapi berlaku juga dalam tatanan struktur pemerintahan. Pejabat golongan strata atau pangkat yang lebih tinggi juga menyampaikan hal ini kepada pejabat yang pangkatnya lebih rendah atau stafnya. Mereka semua mengaku salah. Banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat ini. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Janur artinya sejatine nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah mendapatkan pencerahan (cahaya) selama bulan Ramadhan. Jadi, makna dari lebaran ketupat adalah kesucian lahir batin yang dimanifestasikan dalam tujuan hidup yang esensial. Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer”, yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya. Biasanya, ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng. Ini pun ternyata ada makna filosofisnya. Opor ayam menggunakan santan sebagai salah satu bahannya. Santan, dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang mempunya makna “pangapunten” alias memohon maaf. Saking dekatnya kupat dengan santen ini, ada pantun yang sering dipakai pada kata-kata ucapan Idul Fitri : Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten. (Makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.) Pada masa lalu, terdapat tradisi unik yang berbau mistis, namun kini sudah jarang ditemukan. Ketupat juga dianggap sebagai penolak bala (jimat), yaitu dengan menggantungkan ketupat yang sudah matang di atas kusen pintu depan rumah, biasanya bersama pisang, dalam jangka waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan sampai kering. Masyarakat di daerah tersebut masih memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga sepekan sesudahnya. Sedangkan di Bali, ketupat sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara.
selengkapnya

Selasa, 21 Agustus 2012

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1433 H

“Sebelas bulan kita kejar dunia, kita umbar napsu angkara. Sebulan penuh kita gelar puasa, kita bakar segala dosa. Sebelas bulan kita sebar dengki dan prasangka, sebulan penuh kita tebar kasih sayang sesama. Dua belas bulan kita berinteraksi penuh salah dan khilaf, di hari suci nan fitri ini, kita cuci hati, kita buka pintu maaf. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.”
selengkapnya

Sabtu, 11 Agustus 2012

Tanda Tanda Malam Seribu Bulan

Nabi Muhammad SAW pernah mengabarkan kita di beberapa sabda beliau tentang tanda2nya, yaitu: 1. Udara dan suasana pagi yang tenang Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist hasan) 2. Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya Dari Ubay bin Ka’ab RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim) 3. Terkadang terbawa dalam mimpi Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum. 4. Bulan nampak separuh bulatan Abu Hurairoh RA pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata : “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan” (HR. Muslim) 5. Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan). Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari RasulullahSAW : ‘Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)’ (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan) 6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya
selengkapnya

Sabtu, 04 Agustus 2012

PGRI : Hasil UKG Belum Bisa Gambarkan Kompetensi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil uji kompetensi guru (UKG) secara online belum menggambarkan kompetensi guru yang komprehensif. Penyebabnya, UKG online dilaksanakan dalam proses yang tidak baik dan merugikan guru. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo, di Jakarta, Sabtu (4/8/2012) ini, mengatakan, para guru mengerjakan UKG online dalam proses yang gelisah. Para guru mengalami kendala yang merugikan mereka, mulai dari banyak soal yang tertukar, tidak ada jawaban yang benar, tidak ada jawaban yang tersedia, namun guru harus tetap menjawab. Ada juga soal yang mempertanyakan gambar atau tabel, namun tidak muncul. Guru fisika harus mengerjakan IPA terpadu yang banyak materi biologi dan kimia. Ada guru yang baru mengerjakan beberapa nomor, koneksi terputus, tetapi hasilnya langsung diputuskan. "Hasil UKG online itu belum menggambarkan kompetensi guru yang komprehensif. Sebaiknya hasil UKG yang banyak bermasalah itu dianggap uji coba," kata Sulistyo. Menurut Sulistyo, Kemendikbud jika mempublikasikan hasil UKG agar bijaksana. UKG hanya mengukur kemampuan kognitif guru, untuk kompetensi pedagogik dan profesional. Kedua kompetensi ini bisa dipelajari. Adapun kompetensi kepribadian dan sosial sama sekali belum tergambar. Padahal, kedua potensi ini juga berperan penting dalam proses pendidikan, terlebih dalam proses pendidikan karakter. "Kemendikbud selama ini terlalu mengagung-agungkan angka," kata Sulistyo.
selengkapnya

Nilai Sementara UKG Rata rata 44,5

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga hari ketiga, tercatat 373.415 guru TK hingga SMA/SMK telah mengikuti uji kompetensi guru. Dari hasil pengolahan terhadap 243.619 peserta UKG hari pertama dan kedua, nilai rata-rata sementara UKG tergolong rendah, hanya 44,5. Hal itu dipaparkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Jumat (3/8), di Jakarta. ”Ada yang nilainya 91,12. Ada juga yang nol, salah semua,” kata Nuh. Yang diukur dalam UKG bukan hanya kemampuan pedagogi atau metode pengajaran, melainkan juga kapasitas pengetahuan dan pemahaman guru pada bidang ilmunya. Kepala Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidik Kemdikbud Syawal Gultom menambahkan, standar nilai minimal yang ditentukan pemerintah adalah 70. ”Namun, hingga hari ketiga, dari 373.415 peserta yang ikut UKG, hanya sekitar 10 persen yang memperoleh nilai di atas 70,” kata Syawal. Ada 316 kabupaten/kota yang nilai rata-ratanya di bawah rata-rata nasional. Hanya 92 kabupaten/kota yang nilainya di atas rata-rata nasional. Menurut Nuh, dari hasil UKG itu ada yang menarik. Nilai Bahasa Indonesia untuk guru SMP berada di bawah rata-rata dan nilainya paling rendah daripada mata pelajaran lain. ”Ada yang harus dirombak untuk pengembangan kemampuan Bahasa Indonesia para guru,” katanya. Biaya Rp 50 miliar Nuh mengatakan, dari 4.158 tempat uji kompetensi (TUK), hanya 2.344 yang aktif, sedangkan 877 TUK gagal terkoneksi dengan jaringan internet. ”Bagi yang gagal terkoneksi dengan internet akan dihentikan,” kata Nuh. Syawal menambahkan, soal-soal yang gagal terunduh atau tidak lengkap dalam internet tak akan dinilai. Misalnya, soal-soal yang menggunakan gambar atau grafis. ”Kami sudah menerima keluhan para guru,” ujarnya. Adapun biaya UKG untuk 1.006.216 peserta, kata Syawal, sekitar Rp 50 miliar. Biaya ini terdiri dari Rp 50.000 untuk biaya pelaksanaan setiap peserta dan Rp 90.000 per hari untuk honor pengawas. Sementara itu, sejumlah guru peserta UKG yang mengalami kendala dalam mengerjakan soal membuat laporan berita acara yang disampaikan kepada pengawas. Nia Kurniawati, guru SMPN 11 Bandung, misalnya, membuat berita acara karena gambar dan tabel tidak muncul di layar komputer. Guru lain juga melakukan langkah serupa. (LUK/ELN)
selengkapnya

Selamat Tahun Baru 2013 !!! .

 
Powered by Blogger